Cerita rakyat: HARIMAU YANG MALANG


Harimau yang malang
Cerita rakyat dari Tasikmalaya ini sangat baik untuk dijadikan teladan agar otang tidak bertindak gegabah tanpa berpikir lebih dahulu. Pada jaman dahulu, ada sepasang suami istri di daerah Tasikmalaya. Kehidupan mereka cukup tentram dan bahagia. Pada suatu hari mereka menemukan seekor harimau kecil yang ditinggal mati oleh induknya. Harimau itu dipelihara oleh mereka, dididik dan diperlakukan seperti anggota keluarga sendiri. Ternyata hewan itu tahu diri, ia menjadi penurut kepada sepasang suami istri itu. Harimau itu tumbuh cerdas menjadi besar, ia cerdas dan tangkas. Harimau itu dipanggil si Loreng.
Demikian erat hubungan si Loreng dengan suami istri itu sehingga ia dapat mengerti kata-kata yang diucapkan suami istri itu. Kalau ia disuruh pasti menurut dan mengerjakan perintah suami istri itu dengan baik. Suami istri yang bekerja sebagai petani itu semakin berbahagia ketika lahir anak mereka, seorang bayi laki-laki yang sehat dan menyenangkan. Inilah saat bahagia yang mereka tunggu-tunggu sejak lama. Apabila mereka pergi bekerja di sawah, bayinya di tinggal dirumah. Si Loreng ditugaskan untuk menjaga keselamatan bayi itu. Hal ini berlangsung selama beberapa bulan.
Sepasang suami Istri itu semakin sayang kepada si Loreng karena hewan itu ternyata dapat dipercaya menjaga keselamatan anak mereka. Pada suatu siang yang terik, istri petani pergi ke sawah untuk mengirim makanan kepada suaminya. Melihat kedatangan istrinya si suami segera menghentikan pekerjaannya. Ia segera menghampiri istrinya di dangau. Di sana si suami melahap makanan yang dihidangkan istrinya. Baru saja selesai makan dan minum, tiba-tiba mereka mendengar suara gerengan si Loreng. Si Loreng Nampak lari pontang-panting, melewati pematang sawah terus menuju ke dangau. Si Loreng mengibaskan ekornya berkali-kali dengan lembut sembari menggosok-gosokkan badannya kepada suami istri itu.
“kakang, mengapa tingkah si Loreng tidak seperti biasanya?” Tanya sang IStri
“iya,istriku..aneh sekali. Ada apa gerangan?” sahut sang suami.
“kakang! Lihat..!” teriak sang IStri.
“mulut Loreng penuh dengan darah!”
Sang suami tersentak kaget, mulut si Loreng memang berlumuran darah segar.
“Loreng..?” kata sang suami
“jangan-jangan kau telah menerkam anakku. Kau telah membunuh anakku!”
Si Loreng menggeleng-gelengkan kepalanya. Sehingga darah di bagian mulutnya berhamburan, si suami seketika melupakan amarahnya. Ia segera mencabut goloknya dan memenggal kepala si Loreng yang tak menduga diserang tak sempat mengelak, Harimau itu mengerang kesakitan, ia tidak melawan, hanya sepasang matanya memandang kea rah sepasang suami istri itu dengan penuh rasa penasaran. Karena hewan itu belum mati si suami segera mengayunkan goloknya dengan penuh kemarahan hingga tiga kali, putuslah leher si Loreng dari badannya. Binatang itu tewas dengan cara mengenaskan.
“kakang! Cepat kita pulang!”
Mereka segera nerlari ke rumahnya. Sampai didalam rumahnya, mereka mendapati anaknya masih berada di dalam ayunan. Bayi itu Nampak tertidur nyenyak. Dirabanya tubuh anaknya itu, diguncang-guncang tubuhnya. Si bayi pun terbangun dan tersenyum melihat kedatangan orang tuanya. Kedua suami isteri itu bersyukur karena bayinya selamat dan masih hidup. Setelah puas memandangi anak bayinya, setelah merasa lega atas keselamatan anaknya, kini mereka celingukan, mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan perhatian mereka terpusat pada tempat sekitar ayunan anaknya bagian bawah. Mereka mendapatkan bangkai seekor ular yang sangat besar berlumuran darah tergeletak di bawah ayunan. Sadarlah kedua suami istri itu bahwa si Loreng telah berjasa menyelamatkan jiwa anaknya dari bahaya yaitu dari serangan ular besar.
Suami istri itu sangat menyesal, terlebih si suami, karena telah tergesa-gesa membunuh harimau kesayangannya. Hal tersebut dilakukannya karena salah terka. Dalam bahasa Sunda “salah terka” disebut nyalahan.
Untuk mengenang peristiwa tersebut, maka tempat tinggal suami isteri itu dinamakan “Penyalahan”. Lama kelamaan Panyalahan makin banyak penduduknya sampai menjadi sebuah desa yang ramai. Menurut kepercayaan mereka yang berasal dari desa Panyalahan, sampai sekarang senjata apapun tidak mempan untuk membunuh harimau, hal ini terjadi karena di desan Penyalahan pernah terjadi peristiwa mengenaskan yaitu seekor harimau yang tidak bersalah dibunuh karena salah terka.

Comments